Punya Riwayat Alergi Udang Berkemungkinan Bereaksi Sama terhadap Jenis Seafood Lainnya?

Seseorang yang alergi mengonsumsi udang cenderung memiliki reaksi yang sama terhadap makanan sari laut atau seafood lainnya, dilansir Healthline.

Reaksi alergi terkadang tak diduga, karena mungkin tidak langsung menyantap hidangan udang.

Misalnya produk makanan atau bumbu kemasan yang menggunakan campuran bahan sari laut.

Reaksi alergi udang paling parah bisa menyebabkan anafilaksis.

Contohnya, antara lain pembengkakan tenggorokan, penyempitan saluran napas, denyut nadi cepat, pusing.

Jika sudah mengalami anafilaksis perlu penanganan darurat medis.

Semua alergi makanan tersebab reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh.

Merujuk Mayo Clinic kebanyakan alergi udang atau seafood disebabkan oleh reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh.

Alergi makanan terjadi ketika tubuh mengidentifikasi zat yang dianggap menyerang.

Adapun alergi udang, sistem kekebalan tubuh secara keliru mengidentifikasi protein dalam hewan laut sebagai zat berbahaya.

Tubuh melepaskan histamin dan bahan kimia lain yang menyebabkan reaksi alergi.

1.

Crustacea termasuk kepiting, lobster, udang karang, dan udang.

2.

Moluska, termasuk cumi-cumi, siput, kerang, tiram dan remis.

Biasanya jika memiliki riwayat alergi satu jenis seafood juga rentan bereaksi sama seperti jenis lain.

Beberapa orang juga hanya alergi terhadap satu jenis udang.

Itu berarti masih bisa bisa mengonsumsi jenis udang lain.

Tapi, ada juga alergi udang yang harus menghindari semua jenis hewan laut.

Merujuk Cleveland Clinic, sekitar 60 persen orang yang memiliki alergi seafood pertama kali mengalami gejala saat dewasa.

Namun terlepas dari itu, alergi udang bisa dialami siapa saja dan semua golongan usia.

Reaksi alergi udang tak bisa diperkirakan.

Terkadang sesaat setelah mengonsumsi udang atau agak lama reaksinya.

Ciri umum alergi udang, terasa sakit perut, diare, muntah, gatal, biduran, batuk, suara serak, pernapasan terganggu.

Adapun gejala alergi berat atau anafilaksis, yaitu denyut nadi cepat, mulut dan tenggorokan bengkak, pusing, juga penurunan tekanan darah.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *